tentang KARMA

KARMA

seorang teman saya yang berimigrasi ke luar negeri , mereka adalah suami istri Tian. Mereka  pulang ke Negara asalnya dalam rangka mengunjungi kerabat keluarga. Dengan perasaan cemas, dia menceritakan pada saya tentang kondisi penyakit yang diderita adiknya ( Tian Jie) di Amerika sana. Dia berharap saya bisa mempertemukanya dengan biksu tua Miao Fa guna mempertanyaakan penyebab penyakit. ( Pada tahun 1993 sekeluarga ibu Tian telah berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha, selama ini dia sangat mendukung ajaran Dharma.)



Setelah bertemu dengan guru, Ibu Tian menceritakan kondisi adiknya secara detil. Saat Tian Jie mendapat kartu hijau di suatu Negara, dia pun menikah dengan seorang gadis cina yang berwarga Negara asing. Awalnya mereka hidup dengan bahagia. Terakhir entah kenapa dia curiga rekan kerja yang paling baik dengannya melukainya dengan alat elektronik secara jarak jauh, hingga membuatnya sakit kepala, seluruh badannya merasa tersiksa. Maka itu, dia pun tak berani berangkat ke kantor, ia berada di rumah. Namun dia tetap bisa merasakan rekannya sedang menyerangnya dengan alat elektronik. Katanya, kalau bukan karena dulu dia pernah belajar Chikung dan memiliki sedikit ilmu bela diri, mungkin sudah lama dia binasa. Saat orang lain bertanya padanya, mengapa rekannya ingin mencelakainya. Katanya, rekannya itu iri hati akan kepintarannya.  Sedang pada kenyataannya, dalam soal teknik computer dia masih memerlukan bantuan dari rekannya itu.

Karena dia selalu ketakutan dan sulit makan dan tidur, lantas dia menempelkan aluminium foil pada seluruh dinding kamarnya. Katanya itu akan mencegah adanya gangguan dari alat elektronik. Dia juga membuat sebuah kotak besi besar yang yang memiliki lubang ventilasi, saat tidur dia akan baring di dalamnya,  dan ditutup pula kotaknya. Beberapa hari kemudian, dia tetap merasa dirinya tak bisa lepas dari gangguan alat elektronik. Lantas dia memasang baskom anti karat ke kepalanya dan sembunyi di pojok ruangan atau kolong tempat tidur, setiap saat dia dilanda rasa takut yang luar biasa, mentalnya hampir mengalami gangguan secara parah. Kata dokter, dia menderita penyakit halusinasi. Dokter memberinya dokter, namun dia tak mau makan. Katanya dia tidak sakit.

Ibu Tian amat khawatir penyakit adiknya akan makin parah, akibatnya akan sulit dibayangkan.  Karena dia tahu seorang paman dan seorang anak milik paman ke 3-nya beberapa tahun lalu juga menderita penyakit halusinasi.  Si paman sudah lama meninggal karena bunuh diri. Walau anak dari paman ke tiga masih hidup, namun sepanjang tahun ditenangkan di rumah sakit. Kini penyakit yang sama kembali menyerang adiknya. Pasti juga tak bisa disembuhkan dengan obat dan suntikan. Dia ingin minta pertolongan pada biksu Miao Fa, sebenarnya ini salah siapa. Mengapa dua anggota keluarga pada generasi ayahnya bisa menderita penyakit yang sama. Kelak apakah ada kemungkinan menurun pada generasi berikutnya.

Biksu tua Miao Fa berkata paa ibu Tian, “ Pada generasi kakek anda, terdapat seorang sastrawan yang suka menulis buku cerita horror sebagai pengisi waktu luang. Buku cerita horror yang ditulisnya membuat pembaca amat ketakutan dan waspada berlebihan, sampai tak bisa tidur nyenyak di malam hari. Ada pemuda yang membaca buku cerita seperti ini, terbentuklah bayangan ketakutan dalam hatinya. Ada yang sampai takut gelap, tak berani jalan di malam hari, bahkan ada yang takut karena kondisi khusus dan halusinasi serta suara, hingga menyebabkan kematian. Itulah sebab, inilah akibat. Buku ceritanya beredar di dunia manusia dan mencelakai pembaca dari satu generasi ke genarasi lain, dan terakhir mencelakai anak cucunya sendiri.

Buku yang digemari pembaca akan beredar makin lama. Buku yang baik membawa kita pada pengetahuan, kebahagiaan bahkan perkembangan yang positif, didikan dan rasa hormat kita pada orang tua dan guru, membuat sumbangsih pada masyarakat dan menaati hukum. Misalnya Konfusius yang hidup sederhana, namun focus dalam pendidikan moral dan kebajikan. Walau di masa itu beliau tidak diterima oleh pemerintah, namun terakhir beliau makin dihargai, dari masa pemerintahan cina kuno, Konfusius disebut sebagai suciwan, setiap generasinya mendapat serapan pendidikan yang baik. Hingga kini keturunan Konfusius sudah mencapai 70 generasi lebih, tiap generasi selalu dihormati orang banyak, inilah yang disebut kebajikan mendapat balasan yang baik. Sebaliknya, menulis buku cerita, drama, film, acara TV yang berbau horor, seks, tak bermoral, hanya akan membawa dampak buruk pada masyarakat dan generasi baru. Mari kita kenang kembali, para penulis skenario, sutradara bahkan artis yang dikabarkan bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan oleh media, maka kita akan tahu balasan karma tidaklah bisa dihindari.  Jadi, si penulis cerita hendaknya tahu hukum karma, jangan demi keuntungan besar dan kenikmatan sesaat lantas membawakan akibat yang fatal pada anak cucunya.  Hendaknya diketahui : Walau memiliki banyak kesenangan, namun pada akhirnya akan kembali pada kondisi yang tak terprediksi, segala yang dimilikinya takkan dibisa dibawa serta, malah akan mencelakai keturunannya. Ibu Tian, pertanyaan saya, adakah penulis cerita horor pada generasi kakek anda?

“ Latar belakang keluarga saya agak rumit. Waktu saya kecil, saya tidak banyak tahu tentang kakek saya. Pertama, kami beda tempat tinggal, kedua adalah factor politik. Mengenai anggota keluarga yang ada di generasi kakek, saya lebih tidak tahu lagi. Hanya pada saat saya dewasa, saya pernah mendengarnya sedikit dari ibu saya. Saya tahu ayah saya lahir di keluarga yang terpelajar. Kakek dan ayah kakek adalah pelajar di masa pemerintahan cina kuno. Orang yang pertama menerjemahkan karya Shakespeare ke bahasa Cina adalah seorang bibi dari keluarga kami. Mengenai siapa yang menulis cerita horor, saya kurang tahu. Namun itu sangat mungkin terjadi pada keluarga kami yang berlatar belakang ilmu sastra.  Saya percaya pada ucapan guru, jika tidak, tak mungkin berturut-turut muncul tiga anggota keluarga kami yang menderita penyakit gangguan mental. Sekarang saya amat ketakutan. Kita tidak tahu kapan buku-buku horor itu bisa lenyap dari masyarakat. Itu berarti penyakit menakutkan ini akan terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Mohon petunjuk dari guru, apakah ada cara untuk menolong adik saya. Adakah cara untuk menghentikan gen seperti itu?"

Guru tersenyum berkata : “ Anda tak perlu takut. Hal ini sudah terbongkar. Jika tidak diberi solusi, sama saja saya telah menambahkan satu masalah untuk kalian. Yang tadi saya uraikan, sebagian besar adalah tentang hukum sebab akibat. Orang yang menderita penyakit ini, pada kehidupan lampaunya pastilah juga seorang yang menanam karma buruk yang sama, misalnya menakut-nakuti orang hingga mengakibatkan kematian. Maka pada kehidupan sekarang, dia terlahir di keluarga seperti ini guna untuk menerima hasil karmanya. Karena anda telah bertemu dengan ajaran Buddha dan menyakininya, bahkan anda berusaha untuk melindungi ajaran Buddha, maka terbentuklah karma baik dalam keluarga anda. Terjalinlah jodoh dengan ajaran Buddha. Oleh karena itu, adik anda ada harapan untuk sembuh. Apakah anda belum menjadi seorang vegetarian?"

“ Belum, guru.”

“ Setelah pulang, bisakah anda berikrar untuk selamanya menjadi seorang vegetarian?”

“ Tak masalah, guru.”

“ Baik, anda bisa melakukan sebuah upacara di Vihara guna menyeberangkan arwah-arwah yang terkena dampak akibat rasa takut yang ditimbulkan dari membaca buku horor. Serta mewakili leluhur anda yang pernah menulis cerita horor untuk melakukan pertobatan.  Kemudian, di rumah bacalah Shurangama Sutra sebanyak berturut-turut 10 kali untuk dilimpahkan jasanya pada semua mahkluk hidup, dengan pahala ini maka akan bisa melenyapkan karma buruk leluhur anda.
Kelak dalam keluarga anda tidak akan ada lagi yang menderita penyakit ini. Selain itu, tiap hari anda harus mempersembahkan segelas air putih di hadapan altar Budha, mintalah adik anda untuk membaca dengan tulus Sutra Saddharma Pundarika sebanyak satu kali, Mahakaruna Dharani sebanyak 3 kali, kemudian minumlah. Perlahan-lahan mental adik anda akan normal kembali. Kini masih ada sedikit buku horor yang beredar di masyarakat, di bawah kerja para Buddha, buku-buku itu akan lenyap karena alasan tertentu. Setelah akar penyakit sudah bersih, maka penyakit akan sembuh total."

Ibu Tian mencatat semua hal yang dianjurkan oleh guru dengan cermat dan hormat.
Kini Ibu Tian sudah pulang.  Adiknya ada kemajuan atau tidak, saya masih belum tahu. Saya belum pernah bertemu kasus cerita yang berakibat karma seperti ini, maka itu saya tampilkan guna memberi manfaat pada orang lain. Semoga dengan kasus cerita ini, para umat bisa mendapat pencerahan, para pahala ini pun dilimpahkan pada Tuan Tian Jie, semoga dia lekas sembuh.
Previous
Next Post »
0 Komentar